Kamis, 16 Juni 2016

Resensi Film : Sherlock Holmes "The Abominable Bride"



The Abominable Bride yang berarti pengantin yang keji adalah judul edisi spesial kedua trailer Sherlock Holmes. Film garapan Sutradara Douglas Mackinnon ini kembali diperankan oleh Benedict Cumberbatch dan Martin Freeman sebagai Sherlock Holmes dan Dr. John Watson. Episode ini mengambil setting tempat di London pada abad 19.
Alkisah, Inspektur Lestrade mendatangi kediaman Holmes. Ia datang dengan wajah ketakutan dan bercerita mengenai seorang pengantin wanita yang sedang mengamuk. Ia memegang dua pistol yang dengan mata merahnya menembak brutal. Orang-orang di sekelilingnya berhamburan lari menghindari tembakan tersebut. Beberapa saat setelah itu, sang pengantin bernama Emelia Ricoletti ini secara sadar mengarahkan pistol ke mulutnya. “Duar!!” Emelia mati. Ia bunuh diri di depan semua orang.
Anehnya, pada malam hari setelah kejadian tersebut, seorang laki-laki bernama Thomas Ricoletti (suami Emelia) ditembak ketika sedang berjalan. Pelaku penembakan tersebut adalah Emelia yang paginya diketahui publik sudah tewas karena bunuh diri. Mendengar cerita tersebut, Watson kaget bukan main. Sedangkan, ekspresi berbeda diberikan oleh Homes. “Hebat!”, kata Holmes lantas beranjak dari kursi.

Holmes kemudian melakukan investigasi untuk melihat kebenaran kasus tersebut. Hingga akhirnya ia dipaksa untuk menemui Microsoft Holmes, kakaknya. Sudah menjadi rahasia umum, jika hubungan kakak-adik ini memang kurang baik.
Setelah beberapa kali melakukan investigasi, Holmes kemudian menemui Lady Carmichael yang meminta bantuan kepadanya. Carmichael bercerita jika sang suami (Sir Eustace) mendapatkan teror dari Emelia. Ia kemudian mulai melakukan diagnosa antar benang yang tersambung di kasus tersebut.
Permasalahan baru terjadi tatkala Holmes tengah memecahkan kebenaran kasus tersebut. Rival abadinya kembali. Moriaty tiba-tiba hadir. Moriarty yang sudah meninggal karena bunuh diri secara tidak sengaja menghantui upaya Holmes dalam mencari teka-teki kebenaran kasus Emelia.
Setelah berpikir dan menggunakan morfin untuk menambah dimensi halusinasi guna menguatkan prognosa yang dibuatnya. Holmes kemudian mengajak Watson ke suatu tempat untuk mengungkapkan kondisi tersebut. Disana ia sudah ditunggu oleh Mary, istri Watson.
Di tempat tersebut, ada sekumpulan wanita yang sedang melakukan sebuah ritual. Di tengah-tengah ritual, Holmes membuat kekacauan dan menghentikan ritual tersebut. Ia kemudian menyampaikan khutbah hasil investigasi kasus Emelia di tengah-tengah kerumunan.
Ternyata, dalang dari semua kasus yang melibatkan kematian Emelia adalah gerakan kaum perempuan. Oleh Holmes, kasus ini dianggap sebagai upaya perlawanan kaum perempuan akan ketidakadilan yang mereka dapat selama ini. Sang sutradara sepertinya ingin menunjukkan bagaimana gerakan perempuan di Eropa mulai bermunculan.
Dikemas dengan setting horor, oleh para kritikus, film ini dianggap paling mendekati cerita asli di novel karya Sir Arthur Conan Doyle. Menonton film ini tak kalah menakutkan dengan menonton film horor Jepang atau Thailand, apalagi film horor Indonesia.